vivi

vivi

Minggu, 05 Februari 2012

Nabi Muhammad SAW

berhubungan dengan maulid nabi atau hari dimana nabi muhammad dilahirkan. jadi aku hari ini berkeinginan untuk shering mengenai beliau.mulai dari ia lahir sampai menikah

sepeninggalnya abdullah (ayah dari nabi muhammad),ternyata aminah (ibu nabi muhammad) sudah hamil,seperti wanita pada umumnya aminah pun melahirkan seorang bayi laki-laki.ia pun langsung memberitahukan kabar gembira itu kepada Abd'l Muttalib(kakek nabi muhammad atau ayah dari abdullah) di ka'bah.Gembira sekali hatinya karna ternyata pengganti anknya sudah ada. cepat-cepat ia menemui menantunya itu, diangkatnya bayi itu lalau dibawanya ke ka'bah. ia diberi nama Muhammad.
mengenai tahun nabi muhammad dilahirkan, beberapa ahli berlainan pendapat.Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah (570 masehi). ibnu abbas mengatakan ia lahir pada tahun gajah itu. ada yang berpendapat kelahiran itu sebelum tahun gajah. namun ada juga yang mengatakan sesudah tahun gajah.
selanjutnya terdapat pebedaan pendapat mengenai bulan kelahirannya, hari kelahirannya dan waktu kelahirannya.
Selama dua tahun Muhammad tinggal di  sahara,  disusukan  oleh Halimah  dan  diasuh oleh Syaima', puterinya.Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali menjadi  besar,  dan  manambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih, Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya  dan  sesudah  itu membawanya kembali ke  pedalaman.

Muhammad tinggal pada Keluarga Sa'd sampai mencapai usia  lima tahun,  menghirup  jiwa  kebebasan dan kemerdekaan dalam udara sahara  yang  lepas  itu.  Dari   kabilah   ini   ia   belajar mempergunakan  bahasa  Arab  yang  murni.
sekitar umur delapan tahun beliau sudah ditinggalkan oleh ibu dan kakeknya tercinta.
oleh  Umm  Aiman ia dibawa  pulang  ke  Mekah, pulang menangis dengan hati yang pilu, sebatang kara. Ia makin merasa kehilangan;  sudah  ditakdirkan  menjadi  anak  yatim.  Terasa olehnya hidup yang makin sunyi, makin  sedih.  Baru  beberapa hari   yang   lalu  ia  mendengar  dari  Ibunda  keluhan  duka kehilangan Ayahanda semasa ia masih dalam kandungan.  Kini  ia melihat  sendiri  dihadapannya,  ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti ayah dulu.  Tubuh  yang  masih  kecil  itu  kini dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatim-piatu.

Lebih-lebih  lagi  kecintaan  Abd'l-Muttalib kepadanya. Tetapi sungguhpun begitu, kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu itu bekasnya masih mendalam sekali dalam jiwanya sehingga di dalam Qur'anpun disebutkan,  ketika  Allah  mengingatkan  Nabi  akan nikmat  yang  dianugerahkan  kepadanya  itu:  "Bukankah engkau
dalam keadaan yatim-piatu? Lalu diadakanNya  orang  yang  akan melindungimu?  Dan  menemukan  kau  kehilangan  pedoman,  lalu ditunjukkanNya jalan itu?" (Qur'an, 93: 6-7)

setelah kejadian itu lalu ia tinggal bersama pamannya abu thalib. abu thalib sangat menyayangi keponakannya itu seperti anknya sendiri

diusianya yang baru meranjak dua  belas  tahun, dia  sudah mempunyai  persiapan  kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam  dan  ingatan yang cukup kuat sertasegala sifat-sifat semacam itu yang diberikan alam kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerima risalah (misi) maha besar yang sedang menantinya. Ia melihat ke sekeliling,dengan sikap menyelidiki, meneliti.Ia tidak
puas terhadap segala yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanya kepada diri sendiri: Di  manakah kebenaran dari semua itu?

Dengan demikian sejak muda-belia takdir telah mengantarkannya ke jurusan yang akan membawanya ke suatu saat bersejarah,saat mula pertama datangnya wahyu, tatkala Tuhan memerintahkan ia menyampaikan  risalahNya itu.Yakni  risalah  kebenaran  dan petunjuk bagi seluruh umat manusia.

jiwa Muhammad adalah jiwa yang ingin melihat, ingin mendengar, ingin  mengetahui. Dan seolah  tidak ikut sertanya ia belajar seperti yang dilakukan teman-temannya dari anak-anak bangsawan menyebabkan ia  lebih keras lagi ingin memiliki pengetahuan. Karena jiwanya yang besar, yang kemudian pengaruhnya tampak berkilauan menerangi dunia, jiwa besar yang selalu mendambakan kesempurnaan, itu jugalah yang  menyebabkan dia  menjauhi  foya-foya,  yang  biasa  menjadi  sasaran utama pemduduk Mekah. Ia mendambakan cahaya hidup  yang  akan  lahir dalam  segala  manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan  ini  dibuktikan  oleh julukan  yang  diberikan  orang  kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak masa ia kanak-kanak  gejala kesempurnaan,  kedewasaan  dan  kejujuran  hati  sudah tampak, sehingga penduduk Mekah semua  memanggilnya  Al-Amin  (artinya
'yang dapat dipercaya').

Yang menyebabkan dia lebih banyak merenung dan berpikir, ialah pekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam  masa  mudanya itu. Dia menggembalakan  kambing  keluarganya  dan  kambing penduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia  menyebutkan  saat-saat yang  dialaminya  pada  waktu menggembala itu. Di antaranya ia berkata: "Nabi-nabi yang diutus Allah  itu  gembala  kambing." Dan  katanya  lagi:  "Musa  diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala  kambing keluargaku di Ajyad."

Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dari segala pemikiran  nafsu  manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dari itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelas di   hadapannya.Oleh   karena   itu,  dalam  perbuatan  dan tingkah-lakunya Muhammad terhindar dari segala  penodaan  nama yang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Mekah, dan memang begitu adanya: Al-Amin.

Karena itu ia terhindar dari cacat. Yang sangat  terasa  benar nikmatnya,  ialah  bila  ia sedang berpikir atau merenung. Dan kehidupan  berpikir  dan  merenung  serta  kesenangan  bekerja sekadarnya seperti menggembalakan kambing, bukanlah suatu cara hidup yang  membawa  kekayaan  berlimpah-limpah  baginya.  Dan
memang  tidak  pernah  Muhammad  mempedulikan  hal  itu. Dalam hidupnya  ia  memang  menjauhkan  diri dari  segala  pengaruh materi.  Apa  gunanya  ia  mcngejar  itu padahal sudah menjadi bawaannya ia tidak pernah tertarik? Yang  diperlukannya  dalam hidup ini asal dia masih dapat menyambung hidupnya.

Dengan kejujuran  dan  kemampuannya  ternyata  Muhammad  mampu benar  memperdagangkan  barang-barang  Khadijah,  dengan  cara perdagangan yang  lebih  banyak  menguntungkan  daripada  yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang  manis  dan  perasaannya  yang  luhur  ia  dapatmenarik kecintaan  dan  penghormatan  Maisara  kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali,  mereka  membeli  segala  barangdagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.

Dalam  waktu  singkat  saja  kegembiraan  Khadijah  ini  telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia - yang sudah  berusia empatpuluh  tahun,  dan yang sebelum itu telah menolak lamaran pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy  -  tertarik  juga hatinya  mengawini  pemuda  ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia  membicarakan  hal itu  kepada  saudaranya  yang  perempuan - kata sebuah sumber, atau dengan sahabatnya, Nufaisa  bint  Mun-ya  -  kata  sumber lain. Nufaisa pergi menjajagi Muhammad seraya berkata: "Kenapa kau tidak mau kawin?"

"Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan,"  jawab
Muhammad.

"Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta,
terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kauterima?"

"Siapa itu?"

Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata: "Khadijah."

"Dengan cara bagaimana?" tanya Muhammad. Sebenarnya ia sendiri
berkenan  kepada  Khadijah  sekalipun hati kecilnya belum lagi
memikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah  sudah  menolak
permintaan hartawan-hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy.

Setelah  atas pertanyaan itu Nufaisa mengatakan: "Serahkan hal
itu kepadaku," maka iapun menyatakan persetujuannya. Tak  lama
kemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri
oleh paman-paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluarga
Khadijah guna menentukan hari perkawinan.

Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman
Khadijah,  Umar  bin  Asad,  sebab  Khuwailid  ayahnya   sudah
meninggal  sebelum  Perang  Fijar.  Hal  ini dengan sendirinya
telah membantah apa yang biasa dikatakan,  bahwa  ayahnya  ada
tapi  tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah
memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan  dengan  begitu
perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.

Di  sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad.
Dimulainya kehidupan itu sebagai  suami-isteri  dan  ibu-bapa,
suami-isten  yang  harmonis  dan sedap dari kedua belah pihak,
dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya  kehilangan
anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan
ibu-bapa semasa ia masih kecil.

mungkin sampai disini duli posting saya kali ini. semoga postingan saya kali ini dapat bermanfaat untuk kita semua. dan kita dapat mengambil hikmahnya. begitupun sifat-sifat beliau, semoga kita dapat menjadikannya sebagai panutan hidup. salam manis dari Vhie cikk cikk cikk hahahah (^_^')





Tidak ada komentar: