" BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA"
makalah
disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah :
Tafsir
Disusun oleh:
Novi Andini
Peronica
Irianto mubarok
Wisnu habibi
Fadil yoansa
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALEMBANG 2012/2013
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG
Birrul walidain atau
berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan dalam agama. Oleh
karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua
bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga
memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah
AllahTa’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
birrul
waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan
(baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai tambah yang
semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah ‘bakti’.
Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat
mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan
pelakunya sebagai orang yang bersyukur.
Orang tua kita adalah
manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan ‘budi baik’ seorang anak,
dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain.
Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk ‘mengejawantahkan’
perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya secara optimal.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a.
Pengertian
barbakti kepada orang tua
b.
Keutamaan
berbakti kepada orang tua
c.
Cara
berbakti kepada orang tua
d.
akibat
durhaka kepada oarng tua
1.3 TUJUAN PERUMUSAN MASALAH
a.
Agar
mahasiswa lebih mengerti pengertian dari berbakti kepada orang tua
b.
Agar
mahasiswa mengerti betapa pentingnya berbakti kepada orang tua
c.
Agar
mahasiswa lebih mengerti cara berbakti kepada orang tua
d.
Agar
mahasiswa lebih mengetahui akibat dari durhaka kepada orang tua
BAB II
.1
RUMUSAN MASALAH
.1.1
Pengertian berbakti kepada orang tua
Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai
dengan perintah Allah dan RasulNya selama keduanya tidak memerintahkan untuk
melakukan hal‐hal yang tidak
sesuai dengan aturan dan syari'at Allah dan RasulNya. Rasulullahn Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : Tidak boleh taat kepada seseorang
dalam berbuat maksiat kepada Allah" 1
Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kepada kedua orang tua
karena hal itu termasuk dosa besar yang paling besar. Dalam satu riwayat
disebutkan bahwa seseorang tidak masuk surga bila durhaka kepada kedua orang
tuanya. "Artinya : Tidak masuk surga orang yang suka mengungkit‐ungkit
kebaikan (menyebut‐nyebut kebaikan
yang sudah diberikan), anak yang durhaka dan pecandu khamr"2
Birrul Walidian (berbakti kepada kedua orang tua) adalah salah satu
masalah yang penting dalam Islam. Di dalam Al‐Qur'an,
setelah memerintahkan kepada manusia untuk bertahuid kepada‐Nya,
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang
tuanya.
Dalam surat Al‐Isra ayat 23‐24,
Allah berfirman.
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُلْ
لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ
الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)
"Artinya : Dan Rabb‐mu
telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya
kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik‐baiknya.
Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua‐duanya
telah berusia lanjut disisimu maka janganlahkatakan kepada keduanya 'ah' dan
janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan
yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.
Dan katakanlah, "Wahai Rabb‐ku
sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil"3
1 Hadits Riwayat Ahmad
2 Hadits
Riwayat Nasa'i adri Abdullah bin Amr (Shahih Jami'us Shaghir No. 7676)
3Al‐Isra
: 23-24
Dan jika salah satu dari keduanya atau keduanya berada disisimu
dalam keadaan lanjut usia, "falaa taqul lahuma uffin" maka janganlah
berkata kepada keduanya 'ah' ('cis' atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan
kepada keduanya perkataan yang buruk. "Wa laa tanharhuma" dan janganlah
kalian membenci keduanya. Ada juga yang mengatakan bahwa "Wa laa tanhar
huma ai la tanfudz yadaka alaihima" maksudnya adalah janganlah kalian
mengibaskan tangan kepada keduanya. Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang
perkataan dan perbuatan yang buruk, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga
memerintahkan untuk berbuat dan berkata yang baik. Seperti dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala " wa qul lahuma qaulan karima" dan katakanlah
kepada keduanya perkataan yang mulia, yaitu perkataan yang lembut dan baik
dengan penuh adab dan rasa hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan kasih sayang, hendaklah kalian bertawadlu' kepada keduanya. Dan
hendaklah kalian berdo'a, "Ya Allah sayangilah keduanya sebagaimana
keduanya menyayangi dan mendidiku di waktu kecil"1, pada
waktu mereka berada di
usia
lanjut hingga keduanya wafat
.1.2
Keutamaan berbakti kepada
orang tua
Ø Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa
ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Sallallahu
’Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu
masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu,
berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.”2
Ø Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Dari Abu Hurairah,
mudah‐mudahan Allah
meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Celakalah dia,
celakalah dia", Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ditanya : Siapa
wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam :"Orang
yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian
dia tidakmasuk surga"3.
1 . Tafsir
Ibnu Katsir Juz III hal 39‐40, Cet.I
Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th.1413H
2 Riwayat Al-Bukhari dan Muslim
3 riwayat Imam Muslim (Shahihnya No. 1758,
ringkasan).
Dari Mu'awiyah bin Jaahimah mudah‐mudahan
Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin
(berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada
anda. Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu
masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya
surga itu dibawah telapak kakinya".1
Ø Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, berada di balik
keridhaan orang tua.
Sebagaimana hadist rasulullah “Keridhaan
Allah Subhanahu
Wata’ala bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan
Allah Subhanahu
Wata’ala, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”
Ø
Berbakti kepada
kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
Ada seorang lelaki datang menemui
Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam sambil
mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau
bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.”
“Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah Sallallahu
’Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah
kepadanya.”
Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini
menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu,
dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada
orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.
.1.3
Cara
berbakti kepada orang tua
Dalam menempuh hidup di
dunia ini, tentunya setiap orang ingin menjadi orang yang berhasil di dunia dan
akhirat. Untuk itu, salah satu caranya adalah dengan berbakti kepada kedua
orang tua. Jika baik pada mereka berdua maka hidup akan sukses. Jika menyakiti
dan durhaka pada keduanya, maka hidup akan sengsara. Berikut adalah beberapa
saran yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan agar tergolong sebagai anak yang
berbakti pada kedua orang tua:
Ø Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut.
Tidak boleh mengatakan “AH!”, UH!, Cis!, atau yang semisal kata-kata tersebut.
Begitu pula dengusan nafas sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap sikap atau
perintah orang tua. Jangan berkata kepada mereka dengan perkataan yang keras
seperti membentak dan menghardik. Berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang
baik dan menyenangkan hati keduanya.
1 Hadits
Hasan diriwayatkan oleh Nasa'i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya (Shahihul
Jaami No. 1248)
Ø Selalu taat kepada semua perintah orang tua. Selama mereka tidak
memerintahkan hal-hal yang mengandung unsur dosa dan maksiat. Bila mereka
memerintahkan berdosa, menolak pun harus dengan lemah lembut dan penuh
pengertian. Bila memerintah hal yang baik harus segera dikerjakan meski sedang
sibuk melakukan sesuatu. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang ulama besar yang
sedang memberikan ceramah di hadapan ribuan orang. Lalu ada seseorang datang
dan berbisik bahwa ibunya memerintahkan ulama tersebut pulang sebentar untuk
memberi makan ayam. Maka sang ulama meminta izin pada jama’ah untuk pulang
memberi makan ayam seperti yang ibunya perintahkan. Setelah ibunya puas, ulama
tadi kembali ke mimbar dan meneruskan ceramahnya.
Ø Jangan
memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila berhadapan dengan keduanya. Bila
ada hal yang tidak kita sukai dari mereka, bersabarlah, tarik nafas dalam-dalam
dan tersenyumlah. Ingatlah, ribuan sikap dan kelakuan kita sejak lahir hingga
dewasa yang sering merepotkan orang tua. Namun mereka tetap sabar terhadap
anak-anaknya.
Ø Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga
nama baik orang tua. Bila ada yang mencemarkannya segera bersihkan dan bela.
Jagalah harta benda mereka serta jangan mengambil tanpa seizin mereka meskipun
hanya satu rupiah. Sedangkan bila orang tua mengambil harta benda kita, kita
mesti ikhlas. Karena sejatinya anak dan harta bendanya adalah milik orang tua
sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW jelaskan dalam haditsnya.
Ø Ringankanlah beban mereka. Bantu pekerjaan
rumahnya. Layani mereka sebaik-baiknya. Tulang mereka telah rapuh membesarkan
kita dahulu. Kulitnya telah keriput, uban di rambut semakin banyak. Balaslah
kebaikan mereka meskipun kita tak akan mampu membalas jasa mereka.
2.1.4
akibat durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam
kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat
itu antara lain:
Ø
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jall
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat
oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan
kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku
meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka
kepadanya.”1
1 Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2:
263
Ø
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah
memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan
adalah durhaka kepada kedua orang tua.” 1
Ø
Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk
dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak
yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku
serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka.”2
Ø
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah
melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai
Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya
sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”3
Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang
menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu karena kedurhakanku pada mereka.
Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku sehingga
Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.”
Ø
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang
tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt
dan penghormatan terhadap kedua orang tua.”4
Ø
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan
kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya
mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”5
1 Al-Kafi
2: 447
2
Surat
Maryam: 32 (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
3
Al-Faqîh
4: 371
4
Al-Faqih
3: 565
5
(Jâmi’us
Sa’adât 2: 263).
Ø
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang
tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka
shalatnya tidak diterima.”1
Ø
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat
kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang
yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”2
Na’udzubillâh, semoga kita tidak tergolong
kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa dengan Rasulullah saw dan
Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap muslimin dan
mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di akhirat.
Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.
Ø
Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka,
maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.”2
Ø
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang
tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun,
tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya,
memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…”3
Ø Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang
tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi
saw. Berikut ini kisahnya:
1
Al-Kafi 2: 349
2
Jâmi’us Sa’adât
2: 263
3
Jâmi’us Sa’adât
2: 262
4
Al-Wasâil 21:
501
BAB III
3.1
KESIMPULAN
3.1.1
Pengertian
barbakti kepada orang tua
Taat kepada
kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai dengan perintah Allah dan
RasulNya selama keduanya tidak memerintahkan untuk melakukan hal‐hal
yang tidak sesuai dengan aturan dan syari'at Allah dan RasulNya.
3.1.2
Keutamaan
berbakti kepada orang tua
Ø
Berbakti kepada
kedua orang tua adalah jihad.
Ø
Termasuk Sebab
Masuknya Seseorang Ke Surga
Ø Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, berada di balik
keridhaan orang tua.
Ø
Berbakti kepada
kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
3.1.3
Cara
berbakti kepada orang tua
Ø Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut.
Ø Selalu taat kepada semua perintah orang tua.
Ø Jangan memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila
berhadapan dengan keduanya.
Ø Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik orang tua.
3.1.4
akibat
durhaka kepada oarng tua
Ø
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jall
Ø
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Ø
Celaka di dunia dan akhirat
Ø
Celaka di dunia dan akhirat
Ø
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Ø
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Ø
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Ø
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Ø
diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Ø
Tidak akan mencium aroma surga
Ø
Menderita saat Saktatul maut
DAFTAR
PUSTAKA
al maraghi ahmad hushthafar terjemah tafsir al-maraghi 20. Semarang : CV toko putra
az-Zahrani
Ahmad bin Abdullah ,.at-Tafsir al-Maudhu’i Li al-Quran al-Karim Wa
Namadzij Minhu.madinah:
Universitas Islam Madinah al-Munawarah