vivi

vivi

Selasa, 09 Juli 2013

CONTOH MAKALAH TAFSIR

" BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA"

makalah 
disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah :
Tafsir
Disusun oleh: 
Novi Andini
Peronica
Irianto mubarok
Wisnu habibi
Fadil yoansa
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PALEMBANG 2012/2013

BAB I

1.1  LATAR BELAKANG

Birrul walidain atau berbakti kepada orang tua adalah hal yang diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama, atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.

Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan merasakan ‘budi baik’ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara baik oleh si anak, ketimbang orang lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan seorang muslim, untuk ‘mengejawantahkan’ perbuatan baiknya kepada kedua orang tuanya secara optimal.

1.2  RUMUSAN MASALAH
a.       Pengertian barbakti kepada orang tua
b.      Keutamaan berbakti kepada orang tua
c.       Cara berbakti kepada orang tua
d.      akibat durhaka kepada oarng tua


1.3  TUJUAN PERUMUSAN MASALAH
a.       Agar mahasiswa lebih mengerti pengertian dari berbakti kepada orang tua
b.      Agar mahasiswa mengerti betapa pentingnya berbakti kepada orang tua
c.       Agar mahasiswa lebih mengerti cara berbakti kepada orang tua
d.      Agar mahasiswa lebih mengetahui akibat dari durhaka kepada orang tua

BAB II

.1      RUMUSAN MASALAH

.1.1            Pengertian berbakti kepada orang tua

Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya selama keduanya tidak memerintahkan untuk melakukan halhal yang tidak sesuai dengan aturan dan syari'at Allah dan RasulNya. Rasulullahn Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda."Artinya : Tidak boleh taat kepada seseorang dalam berbuat maksiat kepada Allah" 1

Sebaliknya, kita juga dilarang durhaka kepada kedua orang tua karena hal itu termasuk dosa besar yang paling besar. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa seseorang tidak masuk surga bila durhaka kepada kedua orang tuanya. "Artinya : Tidak masuk surga orang yang suka mengungkitungkit kebaikan (menyebutnyebut kebaikan yang sudah diberikan), anak yang durhaka dan pecandu khamr"2

Birrul Walidian (berbakti kepada kedua orang tua) adalah salah satu masalah yang penting dalam Islam. Di dalam AlQur'an, setelah memerintahkan kepada manusia untuk bertahuid kepadaNya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tuanya.
Dalam surat AlIsra ayat 2324, Allah berfirman.

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا
وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)

"Artinya : Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaikbaiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau keduaduanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlahkatakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, "Wahai Rabbku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil"3




 
1  Hadits Riwayat Ahmad
2 Hadits Riwayat Nasa'i adri Abdullah bin Amr (Shahih Jami'us Shaghir No. 7676)
3AlIsra : 23-24








Dan jika salah satu dari keduanya atau keduanya berada disisimu dalam keadaan lanjut usia, "falaa taqul lahuma uffin" maka janganlah berkata kepada keduanya 'ah' ('cis' atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk. "Wa laa tanharhuma" dan janganlah kalian membenci keduanya. Ada juga yang mengatakan bahwa "Wa laa tanhar huma ai la tanfudz yadaka alaihima" maksudnya adalah janganlah kalian mengibaskan tangan kepada keduanya. Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang perkataan dan perbuatan yang buruk, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga memerintahkan untuk berbuat dan berkata yang baik. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala " wa qul lahuma qaulan karima" dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, yaitu perkataan yang lembut dan baik dengan penuh adab dan rasa hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan kasih sayang, hendaklah kalian bertawadlu' kepada keduanya. Dan hendaklah kalian berdo'a, "Ya Allah sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangi dan mendidiku di waktu kecil"1, pada waktu mereka berada di
usia lanjut hingga keduanya wafat

.1.2            Keutamaan  berbakti kepada orang tua

Ø  Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya.”2

Ø  Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga

Dari Abu Hurairah, mudahmudahan Allah meridhoinya, dia berkata : Saya mendengar Rasulullah
Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Celakalah dia, celakalah dia", Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam ditanya : Siapa wahai Rasulullah?, Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam :"Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidakmasuk surga"3.







 
1 . Tafsir Ibnu Katsir Juz III hal 3940, Cet.I Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th.1413H

2 Riwayat Al-Bukhari dan Muslim
3  riwayat Imam Muslim (Shahihnya No. 1758, ringkasan).


Dari Mu'awiyah bin Jaahimah mudahmudahan Allah meridhoi mereka berdua, Bahwasannya Jaahimah datang kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam kemudian berkata : "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada anda. Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda : "Apakah kamu masih memiliki Ibu?". Berkata dia : "Ya". Bersabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam : "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya".1
Ø  Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, berada di balik keridhaan orang tua.
Sebagaimana hadist rasulullah “Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah Subhanahu Wata’ala, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”
Ø  Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam  sambil mengadu, “Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab, “Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya. Rasulullah Sallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”
Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.
.1.3            Cara berbakti kepada orang tua
Dalam menempuh hidup di dunia ini, tentunya setiap orang ingin menjadi orang yang berhasil di dunia dan akhirat. Untuk itu, salah satu caranya adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua. Jika baik pada mereka berdua maka hidup akan sukses. Jika menyakiti dan durhaka pada keduanya, maka hidup akan sengsara. Berikut adalah beberapa saran yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan agar tergolong sebagai anak yang berbakti pada kedua orang tua:
Ø  Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut. Tidak boleh mengatakan “AH!”, UH!, Cis!, atau yang semisal kata-kata tersebut. Begitu pula dengusan nafas sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap sikap atau perintah orang tua. Jangan berkata kepada mereka dengan perkataan yang keras seperti membentak dan menghardik. Berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang baik dan menyenangkan hati keduanya.


 


1 Hadits Hasan diriwayatkan oleh Nasa'i dalam Sunannya dan Ahmad dalam Musnadnya (Shahihul Jaami No. 1248)


Ø  Selalu taat kepada semua perintah orang tua. Selama mereka tidak memerintahkan hal-hal yang mengandung unsur dosa dan maksiat. Bila mereka memerintahkan berdosa, menolak pun harus dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Bila memerintah hal yang baik harus segera dikerjakan meski sedang sibuk melakukan sesuatu. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang ulama besar yang sedang memberikan ceramah di hadapan ribuan orang. Lalu ada seseorang datang dan berbisik bahwa ibunya memerintahkan ulama tersebut pulang sebentar untuk memberi makan ayam. Maka sang ulama meminta izin pada jama’ah untuk pulang memberi makan ayam seperti yang ibunya perintahkan. Setelah ibunya puas, ulama tadi kembali ke mimbar dan meneruskan ceramahnya.
Ø        Jangan memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila             berhadapan dengan keduanya. Bila ada hal yang tidak kita sukai dari mereka, bersabarlah, tarik nafas dalam-dalam dan tersenyumlah. Ingatlah, ribuan sikap dan kelakuan kita sejak lahir hingga dewasa yang sering merepotkan orang tua. Namun mereka tetap sabar terhadap anak-anaknya.
Ø   Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik orang tua. Bila ada yang mencemarkannya segera bersihkan dan bela. Jagalah harta benda mereka serta jangan mengambil tanpa seizin mereka meskipun hanya satu rupiah. Sedangkan bila orang tua mengambil harta benda kita, kita mesti ikhlas. Karena sejatinya anak dan harta bendanya adalah milik orang tua sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW jelaskan dalam haditsnya.
Ø   Ringankanlah beban mereka. Bantu pekerjaan rumahnya. Layani mereka sebaik-baiknya. Tulang mereka telah rapuh membesarkan kita dahulu. Kulitnya telah keriput, uban di rambut semakin banyak. Balaslah kebaikan mereka meskipun kita tak akan mampu membalas jasa mereka.
2.1.4 akibat durhaka kepada orang tua

Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:
Ø  Dimurkai oleh Allah Azza wa Jall

Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.”1
 

1 Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263



Ø  Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” 1
Ø  Celaka di dunia dan akhirat

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka.”2
Ø   Dilaknat oleh Allah swt

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…”3
Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu karena kedurhakanku pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.”
Ø  Dikeluarkan dari keagungan Allah swt

Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.”4
Ø  Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt

Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.”5

1     Al-Kafi 2: 447
2          Surat Maryam: 32 (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
3          Al-Faqîh 4: 371
4          Al-Faqih 3: 565
5          (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).

Ø  Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.”1
Ø  Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat

Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.”2
Na’udzubillâh, semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di akhirat. Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.
Ø  Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka

Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.”2
Ø  Tidak akan mencium aroma surga

Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…”3
Ø  Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:


 
1          Al-Kafi 2: 349
2          Jâmi’us Sa’adât 2: 263
3          Jâmi’us Sa’adât 2: 262
4          Al-Wasâil 21: 501


BAB III

3.1  KESIMPULAN
3.1.1        Pengertian barbakti kepada orang tua
Taat kepada kedua orang tua adalah hak orang tua atas anak sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya selama keduanya tidak memerintahkan untuk melakukan halhal yang tidak sesuai dengan aturan dan syari'at Allah dan RasulNya.
3.1.2        Keutamaan berbakti kepada orang tua
Ø    Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
Ø    Termasuk Sebab Masuknya Seseorang Ke Surga
Ø    Keridhaan Allah Subhanahu Wata’ala, berada di balik keridhaan orang tua.
Ø    Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
3.1.3        Cara berbakti kepada orang tua
Ø    Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut.
Ø    Selalu taat kepada semua perintah orang tua.
Ø    Jangan memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila berhadapan dengan keduanya.
Ø    Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik orang tua.
3.1.4        akibat durhaka kepada oarng tua
Ø    Dimurkai oleh Allah Azza wa Jall
Ø    Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Ø    Celaka di dunia dan akhirat
Ø    Celaka di dunia dan akhirat
Ø    Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Ø    Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Ø    Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Ø    Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Ø    diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Ø    Tidak akan mencium aroma surga
Ø    Menderita saat Saktatul maut


DAFTAR PUSTAKA

al maraghi ahmad hushthafar terjemah tafsir al-maraghi  20. Semarang : CV toko putra

 az-Zahrani Ahmad bin Abdullah ,.at-Tafsir al-Maudhu’i Li al-Quran al-Karim Wa Namadzij Minhu.madinah: Universitas Islam Madinah al-Munawarah









Tidak ada komentar: